BANDUNG, itb.ac.id – Sejalan dengan perkembangan institusi dan dinamika kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, kebutuhan fasilitas baru tidak dapat terelakkan. Institut Teknologi Bandung memiliki sejarah panjang dalam pembangunan fasilitas akademik. Selama keberjalanannya, kampus ini telah mengalami berbagai pemugaran dan penambahan fasilitas. Berbagai perubahan signifikan telah dilakukan dengan mempertahankan konsep-konsep dasar pembangunan kampus ini. Henri Maclaine Pont sebagai seorang masterplan pertama kampus ini telah meletakkan dasar pengembangan kampus yang berbasis sense of identity dan sense of place sehingga menciptakan harmoni dalam gedung-gedung yang terdapat di kampus ini.

Pembangunan ITB di masa lalu

Ketika Henri MacLaine Pont merancang bangunan THS Bandung pada tahun 1918, ia telah mempertimbangkan  suatu konsep yang pada masa kini dinamakan sense of place dan sense of identity dalam bidang arsitektur. Port merencanakan agar pembangunan gedung-gedung di THS tidak menghalangi pemandangan ke Gunung Tangkuban Perahu. Gedung-gedung utama kampus, yakni Aula Barat dan Aula Timur yang dirancangnya juga berusaha memasukkan nilai sense of identity dengan memadukan arsitektur tradisional dengan kemajuan teknologi konsturksi modern.

Pengembangan kampus kemudian dilanjutkan pada 1970, dimana masterplan pembangunan dan pemugaran gedung yang dilaksanakan oleh Prof. Slamet Wirasonjaya menjadikan bentuk gedung ITB terlihat seperti yang kita kenal sekarang. Kemudian, Prof. Slamet Wirasonjaya juga menyusun kampus ini menjadi 3 zona, yaitu zona tradisional, zona transisi dan zona modern. Zona heritage dimulai dari gerbang depan kampus ITB hingga daerag gedung Teknik Sipil dan Teknik Fisika. Zona transisi adalah zona tengah kampus, yang sekarang kita kenal sebagai kawasan empat labtek kembar. Selanjutnya, zona modern kampus merupakan wilayah pusat gaung hingga ke gedung perpustakaan pusat dan PAU ITB. 

Pembagian zona pengembangan kampus ini kemudian membuat ITB membangun sarana olahraga dan gedung pertemuan yang saat ini kita kenal sebagai kompleks Sabuga dan Saraga. Pembangunan kedua kompleks ini kemudian menjadikan lembah siliwangi sebagai bagian dari kompleks ITB secara keseluruhan.

Pembangunan lain yang dilaksanakan dalam periode ini adalah gedung campus center dan pemugaran boulevard di zona transisi kampus. Pembangunan gedung campus center dan pemugaran boulevard ini kemudian membuat kampus ini terlihat lebih rapi dan lebih asri dengan pohon-pohon yang ada di sekitarnya. Campus center diharapkan dapat menjadi ebuah ruang publik yang netral dan selalu berganti aktivitas, diwakili oleh universalitas langgam arsitektur modern. Kaca-kaca yang mendominasi sisi selatan dan utara sejalan dengan fungsi awal gedung sebagai etalase yang memperlihatkan aktivitas di dalamnya.

Pembangunan ITB saat ini

Seiring bertambahnya waktu, kebutuhan akan gedung baru tidak dapat terelakkan mengingat penerimaan mahasiswa semakin besar setiap tahunnya. Saat ini, pengembangan kampus ITB mengarah pada pengembangan gedung perkuliahan dan ITB Multikampus. Proyek pengembangan gedung perkuliahan ini dilaksanakan dengan dana dari JICA dan diharapkan selesai pada 2015. Terdapat 7 gedung baru yang akan dibangun yaitu gedung CADL(Center of Arts, Design and Language), CRCS(Center of Research and Community Services) , CIBE(Center for Infrastructure and Build Environmental Engineering), CAS(Center for Advanced Sciences), CITIE(Center of IT for Industrial Engineering) dan Laboratorium Doping.

Selain itu, ITB juga mengembangkan kampusnya di wilayah Jatinangor dengan membangun kampus ITB Jatinangor. Keberadaan kampus ini diperuntukkan kepada program studi yang baru dibuka di beberapa fakultas seperti SITH-R dan FTSL.. Kampus yang berdiri di bekas lahan Universitas Winaya Mukti ini nantinya akan dikembangkan menjadi pusat riset di bidang pangan, energi dan lingkungan. Saat ini, kegiatan perkuliahan di ITB Jatinangor sudah mulai dilaksanakan. ITB juga menyediakan shuttle bus untuk memfasilitasi mahasiswa yang harus sering bolak-balik antara kampus Ganesha dan kampus Jatinangor.

Pembangunan ITB di masa depan

Sejalan dengan visi dan misi kampus ini, kedepannya ITB diharapkan dapat menjadi “World Class University”. Oleh karena itu, ITB mulai merencanakan program pembangunan kampus eksternal selain kampus Ganesha dan kampus Jatinangor. Dalam Masterplan Rencana Strategis ITB 2010-2025, pengembangan kampus yang selanjutnya akan dilakukan adalah pembangunan kampus ITB Bekasi dan kampus ITB Malaysia. Pengembangan kampus ITB di kawasan Bekasi, tepatnya di sekitar kawasan Industri Jababeka diharapkan dapat menjadikan ITB menjadi kampus riset industri. Pembangunan kampus riset industri ini direncanakan bersinergi dengan penelitian terapan sebagai bentuk upaya peningkatan kualitas SDM Indonesia dalam bidang riset industri.

Selain itu, ada wacana untuk membangun kampus ITB Malaysia. Rencana pengembangan ini berawal dari tawaran pemerintah malaysia untuk membangun kampus di Malaysia dengan target mahasiswa antarbangsa yaitu wilayah ASEAN dan China.

Untuk mewujudkan cita-cita ITB sebagai “World Class University”, pengembangan kampus ini akan terus dilakukan. ITB terus berbenah dan berupaya menyediakan fasilitas pendidikan terbaik untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Dalam melakukan pengembangan kampus, tentunya ITB tidak melupakan masterplan yang telah dibuat sebelumnya. Keunikan wajah kampus ITB, khususnya kampus Ganesha, akan dapat terus dinikmati dengan harmoni yang tercipta antara bangunan tua dan bangunan barunya, serta dengan kerimbunan pepohonan yang ada.

Oleh: Ahmad Ibrahim Fahmi (Teknik Indutri 2011)